Penderitaan si miskin
Kisahku kali ini mengenai sekelompok orang yang tinggal di Ibukota negara kita Indonesia. Walaupun mereka tinggal diibukota yang harusnya menjadi contoh daerah- daerah yang lainnya. Namun justru mereka harus menghadapi kenyataan pahit ini. Mereka ada yang tinggal di bantaran rel, dikolong jembatan, dibantaran kali, dan masih banyak tempat-tempat yang lainnya.
Lihatlah negeri kita yang kita cintai ini, mengapa masih banyak masyarakat kita yang sangat menderita. Jauh sekali dari kata sejahtera. Perlu uluran tangan dan kerjasama kita semua agar negara kita yang tercinta ini bisa tercipta negara yang sejahtera.
Mereka yang tinggal dibantaran kali! Apa yang mereka rasakan. Mereka pasti merasa was was, sesuatu yang tidak dinginkan bisa terjadi kapan saja. Bangunan tempat tinggal mereka yang hanya terbuat dari kayu-kayu dan bangunan yang semi permanen kapan saja bisa tergerus atau terbawa arus sungai. Apalagi jika hujan turun kapan saja tempat tinggal mereka bisa hanyut dimakan ombak. Belum lagi kehidupan mereka sehari-hari. Mereka yang belum tentu bersih hidupnya. Hidup mereka tergantung dengan air sungai tersebut padahal air sungai tersebut sudah tercemar limbah-limbah. Mereka menggunakan air sungai tersebut untuk mandi, mencuci, kaskus, bahkan terpaksa ada yang menggunakan untuk meminumnya, walaupun ada tukang penjual air sumur keliling. Tapi apa mau dikata jika mereka sedang tidak punya uang.
Selanjutnya mereka yang hidup dibantaran rel kereta api. Hampir lebih dari separuhnya bantaran rel kereta api di jakarta di tinggali oleh sekelompok masyarakat kita. Tentu saja mereka tidak menginginkan untuk tinggal dibantaran rel, sekaligus melanggar hukum juga membahayakan diri mereka sendiri. Mereka yang tinggal dibantaran rel harus menerima kepulan asap kereta api yang selalu terhirup oleh mereka, belum lagi mendengar suara bising pada saat mereka sedang istirahat dimalam hari, tapi mereka harus mendengar surara kereta api. Belum lagi jika mereka yang memiliki anak mereka harus ekstra ketat untuk menjaga anak-anak mereka supaya jangan bermain dibantaran rel karena itu berbahaya. Belum lagi nasib pendidikan untuk anak-anak disana. Rata-rata anak disana putus sekolah dan disuruh bekerja oleh orangtuanya agar membantu mencari uang. Dan tidak jarang anak disana yang melenceng ke kehidupan yang berbau kriminal.
Apa yang terjadi dengan negara kita ini, sungguh sedih rasanya melihat ini semua, tak terbayang jika aku harus menghadapi kenyataan pahit ini. Mereka sungguh tegar menjalani hidup. Yang mereka pikirkan bagaimana untuk makan hari ini. Padahal orang- orang disana masih banyak sekali yang kurang menghargai makanan, mereka membuang makanan, mereke menghamburkan uang mereka untuk mereka sendiri, tanpa sedikitpun memiliki rasa simpati kepada mereka. Sudah saatnya kita saling berkomitmen dan bekerjasama untuk lebih memajukan negara kita tercinta Indonesia ini, Ada beberapa cara untuk mengurangi kemiskina di Ibukota jakarta ini, diantaranya:
· Untuk masyarakat yang ingin merantau dari daerah- daerah ke Jakarta diusulkan untuk jangan jadi merantau jika tidak memiliki kemampuan yang baik, kerena mereka sebenarnya hanya tergiur atau terhipnotis bagaimana kehidupan jakarta yang nyaman dan sejahtera yang bisa mereka lihat ditelevisi, dan dari sumser orang ke orang. Padahal mereka sendiri belum tahu kerasnya kehidupan dijakarta
· Dibutuhkannya peran pemerintah untuk membuat program –program yang baik untuk menangani masalah ini
· Dibutuhkannya saling kerjasama antarkita semua untuk saling bergotong royong.
· Untuk semua warga masyarakat agar mematuhi peraturan- peraturan yang ada
· Menjaga dengan baik kerukunan dan kesejahteraan
· Dan lain lain
Padahal apa yang kurang dari negara kita ini, kita memiliki samudera yang luas, sawah yang terhampar luas, dan sumber daya alam yang melimpah, bahkan dari pertambangan yang melimpah pula. Padahal negara kita bisa maju saal kita semua bisa bersatu dan saling bisa mengolah dan memanfaatkan potensi negara kita yang sudah ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar