Senin, 10 November 2014

2. Contoh pertentangan atau permasalahan mengenai perusahaan yang belum melaksanakan prinsip CSR secara benar


Mayoritas Bank Belum Terapkan CSR Secara Benar

Setidaknya ada tiga hal penting yang bisa dilakukan perusahaan perbankan untuk menerapkan program CSR di kantornya. Darto Wiryosukarto
Tangerang–Hanya sebagian kecil perbankan di Indonesia yang telah melaksanakan program corporate social responsibility secara benar dan mendalam, di antaranya bank asing dan bank BUMN. Selebihnya masih perlu diluruskan.
Hal tersebut mengemuka dalam “Journalist Conference on CSR” yang diselenggarakan di Aryaduta Lippo Village, Tangerang, 18-19 Juni 2010.
Selain junalis dari puluhan media massa nasional, hadir di acara tersebut La Tofi, Chairman La Tofi School of CSR, Jalal, aktivis Lingkar CSR Indonesia, Bambang Harymurti, Redaktur Senior Koran Tempo, Nuni Setyoko, Vice President Corporate Sustainable HSBC Indonesia, dan Tarman Azzam, Ketua Dewan Kehormatan PWI.
Selama ini, menurut Bambang Harymurti, banyak perusahaan yang memandang program corporate social responsibility (CSR) sebagai ajang “bagi-bagi duit”, khususnya kepada masyarakat di sekitar perusahaan beroperasi.
Padahal, CSR bukan itu, tapi bagaimana menciptakan program atau produk yang mampu membantu mengatasi permasalahan yang ada di masyarakat.
“Saking salah kaprahnya, banyak di kawasan pertambangan di Kalimantan, warga setempat membuat portal dan meminta uang kepada truk proyek yang lewat sambil teriak, ‘dana CSR, dana CSR’,” ungkap Bambang. “Ini karena perusahaan gagal mengkomunikasikan program CSR ke masyarakat,” tambahnya.
Tak hanya perusahaan yang bersentuhan langsung dengan sumber daya alam (SDA) yang mempunyai tanggung jawab menyelenggarakan program CSR. Perbankan pun mempunyai tanggung jawab itu.
Sayangnya, hanya sebagian kecil perusahaan perbankan yang memahami dan melaksanakan program CSR secara benar.
Menurut Jalal, setidaknya ada tiga hal penting yang bisa dilakukan perusahaan perbankan untuk menerapkan program CSR di kantornya.
Pertama, dalam mengambil keputusan investasi, seperti pembiayaan ke perusahaan lain, selain mempersyaratkan kelayakan finansial, bank juga harus mempertimbangkan kelayakan sosial dan lingkungan.
Sebagai guiding untuk menentukan bagaimana memenuhi unsur kelayakan sosial dan lingkungan, perusahaan bisa berpegang pada Equator Principle,sebuah kesepakatan terkait penyelamatan lingkungan hidup.
Sebagai contoh, HSBC menolak memberikan kucuran kredit kepada perusahaan kelapa sawit yang dinilai merusak lingkungan dalam produksinya.
“Yang menandatangani kesepakatan itu, bisa mengatakan, ‘Saya tidak akan memberikan pinjaman ke proyek Anda kecuali sudah memenuhi prinsip-prinsip Equator Principle. Ini yang paling penting dari CSR perbankan,” tutur Jalal. Sayangnya, hanya bank-bank asing yang berani menerapkan poin pertama ini, itu pun tidak semua bank asing.
“Sebagai bank yang sustainable, tidak mungkin kami akan landing dana kepada perusahaan yang tidak ramah lingkungan,” ungkap Nuni Setyoko.
Kedua, melakukan pengajaran kemampuan financial literacy.
Bank mempunyai kemampuan dalam hal pengetahuan finansial, mereka harus memberikan pembelajaran kepada masyarakat agar melek finansial. Banyak masyarakat, seperti LSM, yang membutuhkan kemampuan ini.
Ketiga, membuat pool khusus untuk usaha mikro dan kecil (UMK), karena selama ini bank mempunyai kecenderungan memberikan kucuran kreditnya kepada pengusaha besar, sementara pengusaha UMK kesulitan mendapatkan akses pendanaan.
Kalau hal ini terjadi terus-menerus dan dibiarkan, ketimpangan akan semakin parah, yang gede semakin gampang mendapatkan dana, sementara yang kecil semakin susah.
“Nah, untuk mereduksi ketimpangan tersebut, keberadaan pool khusus untuk UMK menjadi sangat penting. Jadi, masyarakat tak hanya diberi modal, tapi juga bantuan manajemen,” tegasnya.
Selama ini, bank-bank BUMN, seperti Bank Mandiri dan BRI, cukup menonjol kegiatan CSR-nya. Yang perlu diperhatikan adalah, apakah mereka juga sudah menerapkan tiga hal di atas?
“Kalau saya lihat, BRI mempunyai konsen di usaha mikro dan kecil. Tapi itu saja belum cukup karena masih perlu juga melakukan pengajaran financial literacy.
Dalam acara “Journalist Conference of CSR” tersebut, para jurnalis membuat rekomendasi untuk pemerintah, perusahaan, dan institusi pers, agar mereka bisa satu pemahanan tentang pengertian dan penerapan CSR yang benar. (*)
Analisa : Mengenai masalah ini saya sangat prihatin karena masih banyak Bank yang belum melaksanakan prinsip CSR secara benar, saya sangat mendukung acara “Journalist Conference of CSR” tersebut, yang para jurnalisnya membuat rekomendasi untuk pemerintah, perusahaan, dan institusi pers, agar mereka bisa satu pemahanan tentang pengertian dan penerapan CSR yang benar.

1.Contoh Perusahaan yang menerapkan prinsip CSR dengan baik


CSR dan Penerapannya Pada PT.Indosat

Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (selanjutnya dalam artikel akan disingkat CSR) adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan.
CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", di mana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang.
Secara umum, alasan terkait bisnis untuk melaksanakan biasanya berkisar satu ataupun lebih dari argumentasi di bawah ini:
Sumberdaya manusia
Program CSR dapat berwujud rekruitmen tenaga kerja dan memperjakan masyarakat sekitar. Lebih jauh lagi CSR dapat dipergunakan untuk menarik perhatian para calon pelamar pekerjaan, terutama sekali dengan adanya persaingan kerja di antara para lulusan. Akan terjadi peningkatan kemungkinan untuk ditanyakannya kebijakan CSR perusahaan, terutama pada saat perusahaan merekruit tenaga kerja dari lulusan terbaik yang memiliki kesadaran sosial dan lingkungan. Dengan memiliki suatu kebijakan komprehensif atas kinerja sosial dan lingkungan, perusahaan akan bisa menarik calon-calon pekerja yang memiliki nilai-nilai progresif. CSR dapat juga digunakan untuk membentuk suatu atmosfer kerja yang nyaman di antara para staf, terutama apabila mereka dapat dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang mereka percayai bisa mendatangkan manfaat bagi masyarakat luas, baik itu bentuknya "penyisihan gaji", "penggalangan dana" ataupun kesukarelawanan (volunteering) dalam bekerja untuk masyarakat.
Manajemen risiko
Manajemen risiko merupakan salah satu hal paling penting dari strategi perusahaan. Reputasi yang dibentuk dengan susah payah selama bertahun-tahun dapat musnah dalam sekejap melalui insiden seperti skandal korupsi atau tuduhan melakukan perusakan lingkungan hidup. Kejadian-kejadian seperti itu dapat menarik perhatian yang tidak diinginkan dari penguasa, pengadilan, pemerintah dan media massa. Membentuk suatu budaya kerja yang "mengerjakan sesuatu dengan benar", baik itu terkait dengan aspek tata kelola perusahaan, sosial, maupun lingkungan--yang semuanya merupakan komponen CSR--pada perusahaan dapat mengurangi risiko terjadinya hal-hal negatif tersebut.Membedakan merek. Di tengah hiruk pikuknya pasar maka perusahaan berupaya keras untuk membuat suatu cara penjualan yang unik sehingga dapat membedakan produknya dari para pesaingnya di benak konsumen. CSR dapat berperan untuk menciptakan loyalitas konsumen atas dasar nilai khusus dari etika perusahaan yang juga merupakan nilai yang dianut masyarakat. Menurut Philip Kotler dan Nancy Lee, setidaknya ada dua jenis kegiatan CSR yang bisa mendatangkan keuntungan terhadap merek, yaitu corporate social marketing (CSM) dan cause related marketing (CRM). Pada CSM, perusahaan memilih satu atau beberapa isu--biasanya yang terkait dengan produknya--yang bisa disokong penyebarluasannya di masyarakat, misalnya melalui media campaign. Dengan terus menerus mendukung isu tersebut, maka lama kelamaan konsumen akan mengenali perusahaan tersebut sebagai perusahaan yang memiliki kepedulian pada isu itu. Segmen tertentu dari masyarakat kemudian akan melakukan pembelian produk perusahaan itu dengan pertimbangan kesamaan perhatian atas isu tersebut. CRM bersifat lebih langsung. Perusahaan menyatakan akan menyumbangkan sejumlah dana tertentu untuk membantu memecahkan masalah sosial atau lingkungan dengan mengaitkannya dengan hasil penjualan produk tertentu atau keuntungan yang mereka peroleh. Biasanya berupa pernyataan rupiah per produk terjual atau proporsi tertentu dari penjualan atau keuntungan. Dengan demikian, segmen konsumen yang ingin menyumbang bagi pemecahan masalah sosial dan atau lingkungan, kemudian tergerak membeli produk tersebut. Mereka merasa bisa berbelanja sekaligus menyumbang. Perusahaan yang bisa mengkampanyekan CSM dan CRM-nya dengan baik akan mendapati produknya lebih banyak dibeli orang, selain juga mendapatkan citra sebagai perusahaan yang peduli pada isu tertentu.
Ijin usaha
Perusahaan selalu berupaya agar menghindari gangguan dalam usahanya melalui perpajakan atau peraturan. Dengan melakukan sesuatu 'kebenaran" secara sukarela maka mereka akan dapat meyakinkan pemerintah dan masyarakat luas bahwa mereka sangat serius dalam memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan, diskriminasi atau lingkungan hidup maka dengan demikian mereka dapat menghindari intervensi. Perusahaan yang membuka usaha diluar negara asalnya dapat memastikan bahwa mereka diterima dengan baik selaku warga perusahaan yang baik dengan memperhatikan kesejahteraan tenaga kerja dan akibat terhadap lingkungan hidup, sehingga dengan demikian keuntungan yang menyolok dan gaji dewan direksinya yang sangat tinggi tidak dipersoalkan.
Motif perselisihan bisnis
Kritik atas CSR akan menyebabkan suatu alasan dimana akhirnya bisnis perusahaan dipersalahkan. Contohnya, ada kepercayaan bahwa program CSR seringkali dilakukan sebagai suatu upaya untuk mengalihkan perhatian masyarakat atas masalah etika dari bisnis utama perseroan.

Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat contoh penerapan CSR pada PT.Indosat dibawah ini :

Sebagai bentuk komitmen Indosat dalam meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat, Indosat telah melaksanakan berbagai progam yang kami harapkan dapat meningkatkan kehidupan masyarakat Indonesia untuk menjadi lebih baik.

Corporate Social Responsibility yang kami lakukan tidak terbatas hanya pada pengembangan dan peningkatan kualitas masyarakat pada umumnya, namun juga menyangkut tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Kepedulian terhadap pelanggan, pengembangan Sumber Daya Manusia, mengembangkan Green Environment serta memberikan dukungan dalam pengembangan komunitas dan lingkungan sosial. Setiap fungsi yang ada, saling melengkapi demi tercapainya CSR yang mampu memenuhi tujuan Indosat dalam menerapkan ISO 26000 di perusahaan.

Penerapan CSR Indosat mencakup 5 inisiatif, yang dilakukan secara berkesinambungan yaitu:

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjw72jRPfnueWmVnkr4dRLYquyOhfQsf6i0ZgGayHttQlFxTzJE9joEHvU9ZtQdqCLlmASJFbM2KFW0cq2-M5_ZChci62e0Obl-RxNOq_0RWAlHX5eDaOi-cXPB4VnwUPnfxh8ZlXVcaK0/s400/1.bmp

Organizational Governance

Penerapan tata kelola Perusahaan terbaik termasuk mematuhi regulasi dan ketentuan yang berlaku, berlandaskan 5 prinsip: transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, interpendensi dan kesetaraan.

Consumer Issues
Menyediakan dan mengembangkan produk dan jasa telekomunikasi yang memberikan manfaat luas bagi pemakainya, layanan yang transparan dan terpercaya.

Labor Practices
Mengembangkan hubungan yang saling menguntungkan antara Perusahaan dan karyawan serta pengembangan sistem, organisasi dan fasilitas pendukung sehingga memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi Perusahaan.

Environment
Mengembangkan budaya Peduli lingkungan termasuk upaya-upaya nyata untuk mengurangi penggunaan emisi karbon dalam kegiatan perusahaan.

Community Involvement
Ikut mengembangkan kualitas hidup komunitas dalam hal kualitas pendidikan sekolah dan olahraga, kualitas kesehatan, serta ikut serta dalam mendukung kegiatan sosial komunitas termasuk bantuan saat bencana/musibah.

CSR Goal Indosat
Bertumbuh, mematuhi ketentuan dan regulasi yang berlaku serta Peduli kepada masyarakat.

Program CSR di tahun 2008 memiliki tema khusus “Indosat Cinta Indonesia”, yang kemudian pada tahun 2009, tema CSR Indosat berkembang menjadi “Satukan Cinta Negeri” sebagai bentuk refleksi komitmen dan tanggungjawab Indosat sebagai perusahaan di Indonesia yang Peduli atas kesejahteraan masyarakat dan lingkungan, serta upayanya untuk senantiasa berkarya, memberikan manfaat, serta mengajak peran serta seluruh stakeholder untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang lebih baik, yang merupakan terjemahan dari keinginan masyarakat pada umumnya untuk terlibat secara aktif dalam berbagai program sosial Indosat.

Program Indosat “Satukan Cinta Negeri” diterapkan melalui berbagai aktifitas antara lain adalah:

Program yang telah dilakukan akan terus berjalan dan ditingkatkan kualitasnya. Seluruh program CSR yang dilaksanakan oleh Indosat akan terus dievaluasi secara berkala agar betul-betul dapat memberikan manfaat kepada masyarakat dan Bangsa Indonesia sesuai CSR Goal Indosat.

Betapapun besarnya masalah yang dihadapi dunia pendidikan, kesehatan, lingkungan serta permasalahan yang dihadapi masyarakat Indonesia pada umumnya, maka setiap langkah nyata yang dilakukan oleh Indosat merupakan tahapan yang berarti untuk menuju masa depan yang lebih baik.
sumber : http://www.indosat.com/corporate_responsibility dan www.wikipedia.com
Analisa :   PT Indosat sudah baik dalam menerapkan CSR secara benar , karena selain PT besar yang memiliki konsumen yang banyak tapi PT Indosat ini tetap memikirkan karayawan, lingkungan, masyarakat, dan Bangsa Indonesia. Dan menurut saya PT Indosat akan memiliki masa depan yang lebih baik.